Senin, 13 September 2010

Industri Digital Indonesia Tumbuh 100 Persen pada 2010

"INDUSTRI digital di Indonesia akan bertumbuh sebesar 100 persen dari pertengahan April hingga akhir 2010 mendatang. Hal ini diungkapkan oleh CEO PT Bubu Kreasi Perdana, Shinta Dhanuwardoyo, pada acara press conference peluncuran 'Bubu Awards V.06: The Rise of Digital Era' di Jakarta, kemarin."

"Menurut Shinta, krisis global menuntut banyak perusahaan untuk lebih selektif dalam mengalokasikan budget mereka. Seperti belanja pemasaran, promosi dan komunikasi pun biasanya dipangkas demi keefisienan."

"Awal februari lalu, International Advertising Association (IAA) juga telah memprediksikan bahwa belanja iklan 2009 akan merosot tajam. Dalam kondisi seperti inilah, internet dan media digital lainnya kemudian mulai dilirik secara serius sebagai media alternatif yang cenderung lebih murah untuk melakukan kegiatan pemasaran, promosi, dan komunikasi jika dibandingkan dengan media konvensional, ujar Shinta." Cerita lengkap...
Kalau prediksinya benar kita sangat perlu invesmen di "Industri Digital Indonesia". Menurut kami, daripada bangun Mal, Plaza dan Apartmen (yang untuk orang yang mempunyai uang) pemerintah kita wajib untuk hanya mengijinkan perkembangan yang terkait dengan perkembangan negara (dan rakyat) terhadap kebutuhan masa depan, seperti Industri Digital.

"Presiden RI mempertanyakan komitmen pemerintah dalam pengadaan jasa/barang yang seharusnya memprioritaskan produk dalam negeri, sesuai Instruksi Presiden RI Nomor 2 Tahun 2009 tentang Penggunaan Produk Dalam Negeri."

Pasti yang paling penting untuk negara di mana pengangguran jauh kelebihan adalah bangun industri sekarang yang dapat menurunkan kebutuhan kita untuk mengimpor barang-barang dari luar negeri.
Sudah lama ada program
"Satu Anak Satu Laptop" (OLPC)
One Laptop Per ChildKami Mendukung Program "One Laptop Per Child""Satu Laptop Untuk Setiap Anak": "To provide children around the world with new opportunities to explore, experiment and express themselves." Informasi lanjut.
$150 Linux Mini-PC dari Cina$150 Linux Mini-PC dari Cina. Perusahaan Cina menawarkan komputer mini yang murah dan Berbasis-Linux sebagai cara untuk menutupi "digital divide". YellowSheepRiver membuat $150 "Municator" yang kelihatannya akan siap sebelum (OLPC)".

Dan sekarang ada:
"Satu Guru Satu Laptop"
"JAKARTA, KOMPAS.com - Kepemilikan laptop menjadi salah satu jalan untuk meningkatkan kualitas guru. Karena itu, komunitas guru yang tergabung dalam Klub Guru Indonesia terus mengembangkan kepemilikan laptop bagi para guru yang diberi nama program Satu Guru Satu Laptop atau Sagusala."

"Untuk mendapatkan laptop murah dengan harga sekitar Rp 3 juta, Klub Guru Indonesia yang memiliki anggota di enam provinsi menggandeng beberapa vendor pembuat komputer. ”Karena peminatnya sangat banyak, ribuan guru, produsen bisa memberikan harga murah,” kata Ketua Umum Klub Guru Indonesia Satria Dharma, Selasa (14/4) di Jakarta."

Walapun siswa-siswi maupun guru-guru mempunyai laptop belum tentu akan signifikan untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, itu sangat jelas bahwa pasar di bidang pendidikan saja akan besar. Kita harus siap!
Apakah Ini Solusinya?
SMKN 7 Samarinda Produksi Laptop Massal! (11 Juni, 2009)
SMKN 7 Samarinda Produksi Laptop Massal!"SMKN 7 Samarinda menyatakan siap memproduksi laptop secara massal untuk memenuhi kebutuhan barang elektronik murah tetapi berkualitas bagi guru, pelajar, serta masyarakat umum Kota Samarinda pada 2010 mendatang."

"Terkait kerja sama itu, Edi mengatakan, pihak perusahaan berjanji bahwa sekolahnya bukan saja akan diberi kepercayaan memproduksi atau merakit laptop, melainkan juga mendukung pemasarannya. Khususnya bagi sekolah-sekolah di Samarinda, tambahnya."

"Melihat potensi dan kemampuan SMKN 7 tersebut, Dinas Pendidikan (Disdik) Kota menyatakan dukungannya. Realisasi dukungan pihak Disdik itu tecermin dari pengajuan anggaran sebesar Rp 600 juta dalam RAPBD 2010 Kota Samarinda yang dialokasikan untuk pengadaan 2.000 unit laptop dari SMKN 7."
"Indonesia Kekurangan Technopreneur"
"JAKARTA, KOMPAS.com — Para pengusaha yang bergerak dalam usaha digital di Indonesia, saat ini masih terjebak dengan impian dapat bekerja pada perusahaan besar. Dari segi SDM (sumber daya manusia) kita sudah mempunyai pengusaha di bidang teknologi atau technopreneur, tapi masih kurang, belum tumbuh. Baru jadi pemain kecil yang hanya berjumlah 2 sampai 3 orang, terang Kusmayanto Kadiman, Menteri Negara Riset dan Teknologi, yang ditemui dalam acara konfrensi pers Bubu Awards, di Jakarta, Rabu (15/4)."

"Selain itu, lanjut Kusmayanto, masalah lain yang dihadapi oleh perusahaan digital kecil dalam mengembangkan usahanya adalah sulitnya pengurusan izin usaha. Saat mengurus surat-surat, technopreneur tidak dipercaya karena jumlah karyawan yang sangat sedikit, begitupun saat mengajukan peminjaman pada bank banyak yang ditolak."

Kami setuju dengan Pak Kusmayanto Kadiman bahwa kita sangat kurang technopreneur di Indonesia. Tetapi, walapun keuntungan untuk negara dari membangun industri TI software akan signifikan, sebenarnya kebutuhan tenaga untuk industri software adalah sangat sedikit dan biasanya hanya mereka yang tinggal di kota besar.

Walapun industri software dibangunkan, kemungkinannya sangat kecil bahwa ini akan signifikan untuk mempengaruhi jumlah pengangguran di daerah. Kita sangat perlu membangun industri TI (hardware) untuk kebutuhan hardware dalam negeri. Industri hardware ini dapat diletak di daerah-daerah dan membantu dengan kesejahteraan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar